Hay, namaku vika prasis, aku biasa dipanggil Vika, aku memiliki
seorang kekasih yang beranama Dwi teguh arefianto panggil saja ia Reef,
kita sudah pacaran lebih dari 4 tahun, dan kini kita memutuskan untuk
menikah, keluarga dan teman teman ku pun sangat menyukai reef, karena
reef sosok yang sempurna buat mereka, Karena aku selalu menutupi
kebohongannya, ya Reef sudah memiliki seorang istri dan seorang anak
laki-laki yang berusia 3 tahun, tapi aku tak pernah berkata jujur
tentang hal ini kepada keluarga ku maupun teman teman ku, kedengarannya
mungkin aku jahat, telah merebut suami orang, tapi ini semua Karena kami
saling mencintai.
Tibalah hari yang ku tunggu-tunggu, hari ini adalah hari pernikahan
ku dengan reef, tampak jelas raut bahagia di wajah aku reef dan seluruh
tamu yang hadir, “selamat ya vika” “semoga langgeng ya sama reef”
“semoga cepet punya baby ya”. yap begitulah kira kira ucapan yang
dilontarkan oleh para undangan yang hadir di acara ku.
Acara pun telah usai, aku dan reef segera membersihkan badan, dan menikmati malam pertama kami.
Hari-hari kami jalani dengan indah, penuh cinta di antara kami, namun
reef suamiku sering kali meninggalkanku keluar kota untuk urusan
kerjanya, namun aku coba untuk mengerti dia, mengerti tentang
pekerjaannya. selama reef pergi, sesekali aku kunjungi istri pertamanya,
dan tak jarang aku bawa bingkisan untuk Calief anak mereka, aku
menyayangi calief seperti anak ku sendiri.
Ketika reef pulang dan tak ada kerjaan ke luar kota, ia sesekali
menemaniku untuk jalan jalan keluar, namun terkadang ia sempatkan untuk
pergi ke rumah istri pertamanya, memang mulut ku bisa menerima keadaan
ini, tapi tidak dengan hati ini, sungguh perih sekali, hinnga suatu saat
tiba tiba aku menanyakan perasaannya, “mas, aku mau tanya boleh” ucap
ku pada reef, yang sedang asik dengan laptopnya, “apa sayang?” ucap reef
dengan manis kepadaku, “kamu sayang sama aku?” ucap ku dengan nada
rendah, “kok kamu tanya gitu sih?” ucap reef lembut sambil membelai
rambutku, “gak papa, maaf ya mas,” ucap ku lirih, “kamu kenapa sih?”
tanya reef yang kini duduk di hadapanku, aku pun hanya terdiam, “bicara
aja” ucap reef lagi, “aku cemburu kalo kamu ke tempat mba Carla (istri
pertama reef)” ucap ku lirih, “maafin aku ya” ucap reef singkat dan
langsung memeluk tubuhku. aku pun tak melanjutkan pertanyaan ku dan
mulai terlelap dalam pelukannya.
2 tahun kemudian, aku belum juga memiliki buah hati, reef menyuruhku
untuk periksa ke dokter, tapi aku takut dengan pernyataan dokter nanti,
“yuk kita ke dokter” ajak reef, “hmm, aku gak mau” ucap ku menolak
ajakan reef, “kenapa sayang?” tanyanya lagi, “aku takut” ucapku singkat,
“takut apa” ucap reef merangkul pundakku, “bagaimana kalau dokter
mengatakan yang tidak enak?” ucap ku lirih, “sayang, apapun pernyataan
dokter nanti, aku akan tetap terima kamu apa adanya kok” ucap reef
menenangkan ku, aku pun menyetujui ajakan reef untuk ke dokter.
Sesampainya di dokter, aku dan reef pun segera masuk ke dalam ruangan
dokter dan memulai untuk periksa, “gimana istri saya dok?” ucap reef
yang duduk berhadapan dengan dokter yang sudah memeriksa ku, “rahim
istri bapak tidak kuat untuk mengandung pak, itu dikarenakan semasa muda
istri bapak sering mengkonsumsi makanan yang tajam” ucap dokter
memberitahu, terlihat jelas sekali tampak raut sedih di wajah suamiku,
“maksud dokter tajam itu apa?” tanya suami ku yang ingin sekali
mengetahui penyebab sakit ku, “istri bapak terlalu sering mengkonsumsi
makanan pedas, itu yang membuat ia seperti sekarang” ucap dokter
menjelaskan, mendengar ucapan dokter aku pun tak kuasa menahan airmata
ku, ku teteskan bulir airmata ini karena kesalahan ku dahulu yang tak
menjaga kesehatan ku, dan aku belum bisa menjadi seorang istri seutuhnya
dan aku belum bisa membahagiakan suamiku, reef pun menoleh ke belakang
menatap aku yang sedang terisak tangis, reef pun segera menghampiriku
dan mendekap tubuhku penuh hangat, dan akhirnya kami pulang ke rumah
kami.
Sesampainya di rumah reef dengan penuh kasih sayang menenangkan ku
“gak usah sedih sayang, kalo rezeki, kita pasti punya anak” ucap reef
membuatku merasa sedikit tenang, “tapi maaf, kau belum bisa bahagiain
kamu” ucap ku pada reef, “aku udah bahagia kok memiliki kamu” ucap reef
sambil memcium keningku dengan mesra. ya tuhan aku merasa menjadi wanita
beruntung bisa memilikinya.
3 tahun kemudian, aku tak kunjung hamil, hingga ku lihat perubahan
besar pada suamiku ini, ia jadi sering berpergian dan jarang sekali ada
di rumah. Suatu hari reef memaksa ku untuk pindah rumah, dengan alasan
rumah yang kami tempati sudah tidak bagus lagi, padahal menurutku rumah
ini masih baik baik saja, akhirnya kita pun mengontrak sebuh rumah kecil
di daerah cilandak, aku seperti tinggal sendri di rumah baru ku, karena
suami ku yang jarang pulang, kecemasan dan kekhawatiran terus
mengelayuti perasaan ku, hingga akhirnya ku dapati kabar dari teman
terdekatnya, bahwa ia telah menikah lagi dengan seorang perempuan yang
tak lain adalah atasan di kantornya, oh tuhan betapa sakit hati ini
mendapati kabar seperti itu, dan terlebih alasan sebenarnya reef
menyuruhku pindah rumah adalah, karena istri barunya tinggal di daerah
itu, aku menanggis dan terus menangisi, namun aku berusaha agar tak ada
yang mengetahui airmata ku dan mengetahui kelakuan suamiku.
Hingga orangtuaku datang mengunjungi ku, “vika, reef mana?” ucap mama
ku yang sudah tua, “ehm, reef lagi keluar kota mah” ucap ku berusaha
tegar, “oh gitu, kamu sendrian?” tanya mama ku lagi, “iyalah ma, sama
siapa lagi” ucap ku dengan senyum sedihku.
Berhari hari aku jalani hari hari ku sendri, tanpa ada suami yang
menemani ku, ingin aku bercerita tapi aku binggung harus bercerita
dengan siapa, hingga aku putuskan aku cerita kepada sahabatku Rivi, rivi
ia begitu mengerti perasaan ku, berkali kali ia berusaha mengajakku
jalan agar daapt ku lupakan semua masalah ini namun tak bisa ku lupakan
begitu saja.
Hingga tiba bulan ramadhan, aku laluinya sendri pula, aku sahur, aku
berbuka hingga aku shalat tarawih sendri, miris hatiku mengingat semua,
ingin aku mengakhiri semua ini tapi perasaan cinta ini masih saja ada
untuknya. suara Bedug pun sudah berkumandang dimana mana, pertanda bahwa
ramadhan akan segera berakhir, aku ditelpon mama mertua ku untuk
lebaran disana, akhirnya aku pun segera berangkat kesana.
Setibanya disana aku disambut dengan hangat oleh keluarga suamiku
disana, dan betapa terkejut aku, ketika kulihat reef datang dengan istri
barunya yang sedang mengandung seorang anak, “ya tuhan cobaan apalagi
ini” gumam ku dalam hati, aku berusaha sekuat mungkin agar tak
meneteskan airmata ku, mama mertua ku selalu mendukung aku, dan tak
perdulikan istri barunya reef, itu pun menjadi semangat kecil dalam
hatiku untuk tetap tegar.
Malam pun tiba, dimana aku harus tidur satu ranjang dengan suamiku
dan madu ku, rasa sakit terus berkecamuk dalam hatiku, rasanya aku
berlari dan berteriak sekuat tenaga, namun aku coba untuk sabar dan
ikhlas. hari lebaran pertama dan kedua aku lalui di tempat mertua ku,
dan aku diantar pulang oleh adik ipar ku sampai di jakarta.
Setelah kejadian saat malam idul fitri itu, aku terus merenunggi
kesalahanku, tak henti aku mohon ampun kepada allah, atas segala
kesalahanku yang tak bisa menjaga suamiku, hingga ku putuskan untuk
bercerai dengan reef, perlahan aku cerita kepada kakak ku yang pertama
kezia, dan aku mohon pada kezia agar tidak bercerita pada siapapun dulu,
terlebih kepada mama ku, “zia, aku mohon, jaga rahasia ini dulu ya”
ucap ku menanggis dalam pelukan kakak ku, namun ternyata kezia bercerita
lagi kepada kakak ku yang lebih tua darinya, ya dia cherly, kak cherly
pun datang ke rumah ku, bertanya yang sebenarnya terjadi padaku, alhasil
aku pun menceritakan semua kepadanya, “ya allah, gak disangka, reef
yang kelihatan baik, ternyata seperti itu” ucap kakak ku dengan airmata
yang ikut menetes di wajahnya, “udah, kamu tinggal sama kakak aja ya,
gak usah kamu ketemu lagi sama reef” ucap kakak ku yang mulai membenci
reef.
Aku pun menyetujui untuk pindah ke rumah kaka ku, disana aku ditanya
tanya tentang tahun tahun yang aku jalani, “kenapa kamu terus bertahan?”
ucap kak kezia, “aku sayang, aku cinta sama reef kak” ucap ku sedih,
“tapi reef gak cinta sama kamu” ucap kakak ku yang bernama steffy, “reef
sayang kak sama aku, aku yakin reef masih cinta sama aku” ucap ku
kekeuh dengan pendirian ku, “kalo reef sayang sama kamu, dia gak mungkin
lukai perasaan kamu seperti ini” ucap kak cherly, aku pun hanya mampu
menangisi semua yang telah terjadi di hidup ku.
Esoknya aku memberanikan diri untuk bertanya pada mama ku, Karena
orangtua ku hanya tinggal mama, “mah, kalo aku cerai dari reef, gimana?”
tanya ku dengan hati yang ku paksa untuk tegar, jelas sekali tampak
wajah kaget, kecewa, sedih jadi satu di wajah mama ku, “emang ada
masalah apa?” tanya mama ku lirih tanpa airmata yang menetes, “udah gak
cocok aja mah” ucap ku pelan, “apa gak bisa diperbaiki? coba difikirin
lagi” ucap mama ku yang terlihat seperti terbebani, “aku udah fikirin
mah, aku yakin” ucapku mantap, mendengar ucapan ku mama hanya diam tak
berkomentar apapun, aku tahu sekali sakit yang mama rasakan mendengar
aku ingin bercerai, setelah aku bicara seperti itu, aku lihat mama ku
selalu murung, dan diam seperti melamun, aku gak tega ya allah
melihatnya, perlahan tapi pasti aku mulai menceritakan yang sebenarnya,
alhamdulilah mama ku bisa memahami ku, mama ku memang sosok yang
penyabar dan kuat, itu yang selalu aku contoh dalam kehidupan ku.
Kini aku tak lagi sendiri, aku tinggal bersama keluarga yang sangat
menyanyangiku, dan sahabat sahabat ku yang mencintai aku. Dan kini aku
telah memiliki seorang kekasih yang beranama imam, dia baik, dia duda
ditinggal mati istrinya, ia memiliki 3 orang anak dan mengurusnya
sendiri, dia memang sosok laki-laki yang hebat, tapi jujur perasaan ku
masih saja milik reef. Berbulan-bulan berpacaran dengan imam, aku tau ia
sangat mencintai ku, tapi aku belum bisa merasakan tulusnya cinta dari
hatinya, aku pun mulai melayangkan gugatan cerai ke pengadilan, hari
pertama sidang, reef suamiku tak kunjung datang, ternyata reef saat ini
tengah sakit keras, aku pun tak tega mendengar kabar itu, terlebih lagi
istri barunya sekarang meninggalkan reef ketika ia tau reef sakit, aku
pun segera pulang ke kampung mertua ku, sesampainya disana aku langsung
diajak oleh mertua ku ke rumah sakit untuk melihat suamiku, dan ku lihat
disana, sosok suami yang dulu bertubuh besar, kini ia berubah menjadi
kurus dan berbaring tak sadarkan sejak 2 hari lalu, ya suamiku koma
kini, airmata ku tak bisa aku bendung lagi, aku menanggis menatap wajah
suamiku, “reef terkena kanker otak stadium 3 vik” begitulah ucapan mama
mertuaku, “ya allah, kenapa harus seperti ini? jangan siksa ia, aku gak
sanggup melihatnya” ucap ku dalam tangis, ku genggam erat tangagnnya, ku
berbisik kata cinta di telingganya, kebesaran Allah, suami ku mulai
membuka kembali matanya, tapi betapa terkejutnya aku, ia tidak mengenali
ku, bahkan tidak mengenali orangtuanya, miris sekali hati ini melihat
dia berbaring lemah tanpa ingatan apapun, apa yang harus aku lakukan.
Keesokan harinya aku kembali ke Jakarta, aku ceritakan semua yang telah terjadi pada reef suami ku.
“biarin vik, itu karma buat dia yang udah nyakitin kamu” itulah ucapan
yang terlontar dari mulut kakak ku cherly, “kak, aku mohon, lupain itu,
kini dia bener bener sakit kak, dia kena kanker otak stadium 3” ucap ku
dengan airmata yang menetes, kakak ku pun diam ketika aku mengatakannya,
“dia udah gak kenal siapa siapa lagi, aku masih sayang sama reef, aku
akan jaga dia sampai habis waktunya” ucapku sambil mengusap airmata yang
berlari di pipiku. semua hanya diam dan mengizinkan ku untuk menjaga
suami ku reef.
Aku pun segera menghubungi imam kekasih ku saat ini, aku ajak ia
untuk bertemu, kami pun bertemu di salah satu café di Jakarta, “vik,
setelah pengadilan pun selesai, aku akan menikahi mu” ucap imam dengan
lantang, ucapan itu pun membuat ku semakin binggung, tapi aku coba untuk
mengatakannya, “imam, aku rasa hubungan kita cukup sampai disini aja”
ucap ku sambil memejamkan mata, karena kau tak ingin terlihat lemah di
hadapannya, “loh? Kenapa vik? Aku salah apa? ” tanyanya sambil
mengenggam kedua tanganku, aku pun melepaskan genggamannya, “kamu gak
salah, tapi aku akan kembali kepada suami ku reef” ucap ku yang sangat
mengagetkan dia, “kamu bercanda kan?” ucap imam, “gak, maafin aku mam,
aku Cuma cinta sama suami ku” ucap ku yang terdengar lirih, “suami kamu
udah nyakitin kamu vik, khianati kamu” ucap imam ingin melunturkan
cintaku, “aku gak peduli mam, mungkin saat itu reef khilaf” ucap ku yang
langsung meninggalkan imam sendri di café itu, “kamu benar benar
berhati suci vika, gak ada dendam sedikit pun di hati kamu, aku akan
tetap nunggu kamu disini” ucap imam.
Aku pun segera pulang ke rumah kakak ku, aku mengajak mama dan kakak
ku untuk ikut menjengguk reef di kampungnya, aku juga bawa beberapa baju
Karena aku akan tinggal disana untuk merawat reef.
Sesampainya di kampung, aku langsung menuju rumah sakit, ku masuki
ruangannya, kulihat mertua ku menanggis sedih dengan keadaan reef yang
semakin kritis, ternyata tak hanya aku yang menanggis, mama dan kakak
aku pun ikut menanggis melihat suami ku reef yang terlihat sangat kurus
dan tak berdaya sama sekali, “mama maafin kamu kok reef” ucap mamaku
sambil mengusap lembut kepala suami ku, “kakak juga amaafin kamu reef”
ucap kakak ku, lalu tibalah aku, ku jatuhkan tetes demi tetes airmataku
di tangan reef, “aku maafin semua kesalahan kamu reef, aku gak bisa
ngeliat kamu seperti ini,” ucap ku lirih sekali, ku lihat reef pun
membuka matanya, dan menatap mataku dengan lemah, “aku ikhlas reef
ngelepas kamu pergi, aku sayang banget sama kamu” ucap ku sambil
mengecup punggung tangan suamiku, kulihat senyum indah di wajah reef,
namun senyum itu perlahan memudar dan reef menghembuskan nafasnya yang
terakhir di hadapanku, tangis ku pecah tak dapat menahan semuanya, isak
tangis pun memenuhi ruangan ini, aku kecup bibir suami ku dengan lembut
untuk terakhir kalinya. aku antar reef sampai ke tempat
peristirahatannya yang terakhir.
Aku pun kembali ke Jakarta bersama keluarga, sebelum ku pulang,
mertua ku bilang, “vika, maafin reef ya” ucap mama mertua ku, aku pun
hanya mengangguk pelan, kulihat mama ku dan mertua ku saling berpelukan
sedih, ada tangis pula disana, namun bagiku itulah airmata pengikhlasan.
Ketika aku kembali ke Jakarta, aku masih saja sedih dengan apa yang
terjadi pada ku kini, tapi aku coba kuat tabah dan ikhlas.